Meskipun kantong lagi nggak kompromi sama keinginan untuk nonton, tapi selalu ada jalan untuk mencari hiburan. Hebatnya lagi saya mendapat kesempatan untuk menonton dua judul sekaligus. And damn! great movies, dude. Worthly lah sama usaha, bahkan lebih malah. he..he..
Film pertama bertema pentingnya kejujuran. Ini mungkin film paling irit yang dibuat Hollywood. Sedikit scene tapi endingnya bikin gregetan bin mangkel. Tersudut mencari tahu siapa aktor antagonisnya. Phone Boots.
Film kedua ini yang membuat saya mendalami moral story nya.
Alexander
Mimpi yang besar bahkan dapat menumbangkan kejayaan dan kesuksesan. Mungkin ini yang coba di tuangkan oleh Oliver Stone si Directornya. Film ini juga membuat saya terheran-heran nggak percaya. Coba tebak apa. Ternyata Alexander itu absolutely Gay. Nggak percaya? Nonton aja deh. Buktiin sendiri kisah cinta Alexander dan Hiphaestian. Romeo and Juliet mah, lewaat.
Mimpi Alexander menaklukkan dunia justru membawanya kedalam kehancuran kekuasaan yang dibangunnya sendiri. Perpecahan dan chaos terjadi dimana-mana. Mimpinya belum terwujud dan terhenti di India. Ambisi yang ingin meneruskan kejayaan Phillips ayahnya.
Manusia memang harus memiliki mimpi dalam hidupnya. Karena dengan mimpi maka manusia memiliki harapan untuk hidup. Mimpi yang mendorong manusia berbuat lebih. Mimpi pula yang membuat hidup tertantang untuk menaklukkan putus asa dan keraguan.
Namun mimpi juga menjadi pembunuh, penyesalan dan kehancuran.
Tidak ada yang melarang untuk bermimpi seliar dan sebesar apapun namun harus tetap pada jalur yang manusiawi dan logis. Maka tidak salah bila Nabi Muhammad SAW menasehati agar tidak suka berkhayal yang nggak-nggak. Hasilnya bisa merugikan malah (yang porno apalagi buang jauh, deh)
Too much dream will kill you. He...he.. Menyitir sedikit dari lirik lagu Queen (too much love will kill you). Mimpi yang membuat kita terlena membuat kita menjadi pembual dan malas. Menciptakan ambisi yang kelewat batas dan terlalu memforsir kemampuan. Jadinya nggak maksimal dan terkesan dipaksakan. Sama halnya jika kita bermimpi menentukan arah hidup kita kedepan. Berbagai perencanaan dalam hidup yang kita susun ada baiknya penuh pertimbangan dan logis serta punya kemampuan untuk mewujudkannya.
Nggak lucu, dong. Kita sudah bicara kanan kiri sama orang-orang tentang hidup kita kedepan tapi malah nggak kesampaian. Lihat lagi kedalam diri kita. Kita terlalu banyak dituntut untuk merebut semua mimpi kita jadi kenyataan tapi kita lupa akan keterbatasan kita sebagai manusia. Ibaratnya jika di hidangkan makanan lezat di meja, kita tidak mungkin akan memakan semuanya. Anda harus memilih mana yang anda suka, bukan. Tentukan skala prioritas dalam diri kita agar tidak bias dan cenderung menambah tuntutan lebih.
Dulu saya menderita sindrom rumput tetangga lebih hijau. Eghm... bentar, basi. Okay, saya ganti. Sindrom wajah teman lebih cakep, aja. Mungkin anda juga pernah terkena sindrom seperti ini. Nggak terima kalau teman kita memiliki hal yang lebih dibandingkan kita dalam segala hal. Kemana-mana kita selalu menemukan orang yang jauh lebih kaya, lebih cakep, lebih pintar dan lebih segala-galanya. Tapi untungnya saya bukan penderita stadium akut. He..he.. masih bisa ngontrol keadaan *alah
Saya bermimpi seandainya saya memiliki lebih dari yang saya dapatkan sekarang (sssttt...sampai sekarang saya masih memimpikannya :P ) dan berharap hal tersebut terwujud. Yang terjadi malah saya semakin lebih konsumtif dan insecure, tidak bahagia dan terasa terlalu menuntut yang enggak-nggak. Capek.
Ini keadaan dimana kita kurang bersyukur. Kurang bersyukur dengan apa yang sudah kita dapatkan. Ajaibnya saya malah mencintai apa yang sudah saya dapatkan sekarang setelah "sembuh" dari sindroma itu. Mencoret satu persatu dengan warna merah semua daftar mimpi saya yang saya sendiri tidak mampu mewujudkannya.
Sebentar.........
Perasaan aneh menghantam saya. Saya kembali terbiaskan akan mimpi orang-orang besar para inventory person . Bukannya mereka memimpikan hal yang mustahil, tapi mereka berhasil mewujudkannya, bukan?
...................
Saya akan berkilah. "Toh, kita punya kemampuan yang berbeda. Tuhan memberikan mereka nilai lebih untuk mewujudkannya demi kemanusiaan, kan. Mereka juga jadi terkenal." Ha..ha.. maksa, ya. Ngeles nieh..
Mimpi masih menjadi komoditi yang laris. Buktinya sekarang. Semua yang ditawarkan oleh dunia ini membuat kita masih bermimpi meraihnya. Menunggu untuk diwujudkan.
Kita diwajibkan bermimpi. Dengan bermimpilah kehidupan masih bernapas. Bermimpilah sekarang dengan kemampuanmu sendiri. Selama ada jembatan untuk menyeberangi mimpi kita ke dunia realita, kenapa tidak. Jembatan itu sewaktu-waktu akan runtuh dimakan usia, direnggut kesempatan yang membuatnya kehilangan peluang. Tapi jangan lupa "berpegangan" agar tidak jatuh pada bias mimpi yang justru membuat kita tertidur pulas.
taste the sweetest things of life
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar