
Awalnya cuma obrolan basi tentang.... cinta (yaelah!).
"Kudu baca yang ini, deh. Beda!" teman "tidur" saya nimpalin.
"Bumbunya cinta lagi, kan. Muter nggak karuan"
"Baca dulu, komen entar aja"
Onggokan novel ini terlantar dimeja face off
Lelaki Terindah karya salah satu cucu pujangga dari klan Pane ini iseng saja sebagai obat mata yang nggak bisa tidur.
Lelaki Terindah.
Suguhan lain dari novel novel sebelumnya yang pernah saya baca. Andrei aksana dengan gaya bertutur yang puitis menyihir pembacanya untuk tetap membuka lembaran dan malas meninggalkan novel ini meski hanya untuk berkedip.
Tulisan kerennya " Ketika cinta tak memilih jenis kelamin. Cinta pun terlarang....." Ini bukan dukungan sepenuhnya, tapi kalau dipikir mungkin juga atau bahkan bukan menjadi rahasia umum lagi ada komunitas gay disekitar kita. Andrei Aksana mencoba masuk menjadi bagian dari cerita ini. Kisah yang ditulis kembali. Mungkin itu yang coba dihadirkan olehnya.
Orientasi seksual merupakan pilihan yang muncul dengan kuat dalam diri setiap orang. Ironisnya, kita sering mendogmakan dan menuntut orang lain mengikuti standar hidup yang lurus. Padahal kita lupa kalau Tuhan menciptakan kita dengan beragam kisah untuk saling mengenal dan menjadi pelajaran bagi yang lain.
Perilaku semacam ini lambat laun semakin mendapat "tempat" dimasyarakat. Walaupun sudah ada pergeseran nilai yang cukup jauh. Misal, kita lebih sering menemukan dan menjumpai rekan kita yang feminim berselimut maskulin kita malah menjadi lebih akrab dengan mereka, malah senang diajak bercanda *akui sajalah.....nggak masalah : D
"tempat" yang saya maksud disini bukan komunitas gay ditengah komunitas hetero 100 %.
Rupa-rupa dan perilaku Gay semakin menampakkan wujudnya dalam "tempat" yang lain. Fashion. Semakin banyak model pakaian dan assesoris yang mengarah pada penampilan Gay. Baju ketat, skinny jeans, t-shirt ditambah dengan wajah yang kelewat keren dipermak abis gaya metropolis jaman sekarang. Jangan lupa, ini, perawakan yang macho hasil body building di gym (meski nggak semua Gay, paling yang punya status sosial pas-pasan jogging udah cukup ^_^)
Fashion dan penampilan fisik merupakan modal utama seorang Gay (nggak semua lho! sekali lagi, nggak semua) menampakkan identitasnya dan nggak jarang mereka memiliki komunitas sendiri tempat melepas semua identitas palsu yang mereka pakai dimasyarakat. Mereka dengan bebasnya dan tidak canggung. Mungkin ini imbas dari kebosanan yang mereka tutupi sebagai topeng norma yang berlaku dimasyarakat, jadinya mulai dech nyari teman sehati.
Selain itu, eghm.... ini nih, bahasa gaulnya.
"tinta nek, akika lapangan makassar dulu ach. ntar baru cari lekong"
ini sih bahasa Gay dari jenis Waria. Patut di bedakan antara waria, banci dan gay. Semuanya memiliki orientasi yang sama dengan sesama jenis, tapi memiliki perilaku dan penampilan yang nyaris beda. Jangan lupa, mereka ini masih laki-laki.
Waria, wadam dan sebutan lainnya memiliki penampilan yang dipaksakan untuk menjadi wanita. Jadinya keliatan menornya. Gay berpenampilan layaknya seorang pria tapi tidak suka menjadi waria. Mereka bermain di perasaan dan orientasi seksualnya saja. Bisa dibedain kan. Ups, lupa. Kalau banci ya.... seorang pria yang sedang menuju tingkatan waria dengan cara jalan dan berbicara yang kewanita-wanitaan.
Saya pernah bertemu dengan seorang waria yang sedang mengais nafkah sambil berjoget nggak karuan ala goyang ngebor inul campur patah-patahnya Annisa Bahar. Kebayang ancurnya. Tariannya mengundang *ceile* decak kagum (baca: ngakak abis) cowok-cowok yang lagi nongkrong didepannya. Ada yang nyolek atau cuman cengar-cengir aneh.
Salah... kah. Stigma yang sudah menempel identik dengan yang berbau salon, kecentilan, aneh, norak masih di perlakukan buruk. Eit..tunggu ini bukan pembelaan atau dukungan bagi "mereka" tapi murni mengetuk nurani *tsah* orang nyari makan kok diketawain, yeee... (salah ya aku)
Andrei Aksana menawarkan gaya baca novel yang baru bagi saya. Must read !!


Tidak ada komentar:
Posting Komentar