
Hanya hari ini....
Ya, hanya tinggal hari ini kebersamaan dengan sahabat saya yang satu ini. Entah kapan lagi kita bisa bertemu ketika dia menikmati liburannya lepas dari rutinitas yang membelenggunya sehari-hari.
Mey, sudah banyak berubah. Ketika kami berjanji untuk bertemu di Surabaya dalam sekian kesempatan yang sempit, dia sudah memenuhi janjinya.
"Tambah Makojo' (kurus dalam bahasa bugis) nih anak" kata pertama saya saat ketemu Mey. Sopan nggak sih langsung ngomentarin bentuk tubuh he..he.. Sorry Mey.
"Sama, kamu juga"
Aku hanya tersenyum saja. Nggak abis pikir, kok sekurus ini sih bocah. Kalau boleh di ingat (boleh dituliskan Mey) dulu dia orang yang paling subur diantara kita bertiga. She's different right now.
Oh, ya. Tambah satu lagi. Dia menggendong bocah umur satu setengah tahun. Dia memang beda sekarang. Deuh...tambah sibuk, Bu :D
Antara Saya, Mey dan Alie memang sudah banyak perubahan. Selain umur yang hampir seperempat abad menghantui kita, tuntutan kedewasaan serta tetek bengek hal yang remeh temeh menuntut untuk digapai. Tapi dia yang paling "sukses" sekarang. Dia yang pertama diantara kita bertiga yang lebih dulu merasakan surga dunia *alah*
Alie..
Dari dulu nih anak emang idealis banget. Tetap pada jalur norma yang sudah dibentuk masyarakat. Nggak mau nyimpang sedikitpun. Salut gue. Daripada saya yang suka nabrak aturan kanan-kiri :P
"Nggak bisa Fie, ada rapat penting di Balai RW. Sungguh nggak bisa di tinggal"
"Balai RW?" Saya tertegun. "Perasaan rapat skala Balai RW apanya yang penting. Ini Mia, Lie. Hey! dia datang lagi nggak tahu kapan" nada suara agak tinggi dan tatapan sedikit memohon meluangkan waktu.
Bukan Alie namanya kalau nggak bisa ngasih keputusan.
"Okay, deh. Besok kan dia pulang, tuh. Kita anterin."
:D
Mia, Mey, Miauw atau apalah panggilan konyolnya dari dulu.
Mungkin saking nggak sabarnya (atau kepepet malah) dia yang susah payah datang menjenguk kita. Maaf pake kata *susah payah* diakui atau nggak, dia kan paling renta diantara kita. Salah sendiri punya anak duluan. Hee..he..eh.
Banyak cerita darinya sedikit terbongkar. Apalagi kalau bukan cinta. Racun dunia ini emang bikin orang hilang akalnya. Baydeway, salut gue Mey. Mungkin ini yang namanya panggung sandiwara dunia yang dipentaskan di sinetron dan diperankan oleh kalian berdua.
Padahal saya masih mengangap The Power of Love itu nggak ada, ambigu dan klise dan konyol dan lagi dan lagi.Kepercayaanku kini muncul justru dari Mey sendiri. Kagetnya saya nggak nyangka dia dulu lugu banget. Kok ya setegar itu. Mungkin dia ikut salah satu aliran dari sekte Saya Cinta Dia Who knows ??
Masalah cinta mungkin saya bukan ahlinya. Secara saya nggak pernah pacaran tapi jatuh cinta kesekian ribunya sih pernah. Yang menyakitkan saya tidak punya keberanian untuk mengatakannya. Geblek, kan. Tapi biarlah. Saya mencintai apa yang saya lakukan sekarang. Saya mencintai semua orang terdekat saya saat ini. Saya cinta...cinta...dan mencintai apa yang saya dapatkan sekarang.
Sulit menjabarkan racun bernama cinta ini. Dalam komposisi tertentu dia bisa menjadi madu yang sangat manis untuk di teguk. Dia bisa menjadi anugerah setelah bencana sudah dilewatinya. Dia bisa menjelma menjadi begitu hangat setelah kebekuan menyelimutinya.
Sahabat lawas yang masih keukuh pada tabiatnya masing-masing. Nggak berubah. Nggak karuan. Dengan segala cerita cinta yang ada pada diri mereka masing-masing.
Cinta....
Antara Saya, Mey dan Alie


Tidak ada komentar:
Posting Komentar