taste the sweetest things of life

02 Desember 2008

Tentang Thriller yang namanya Komitmen

"Kita memang belum ada komitmen. Untuk apa? Kita masih penjajakan alias pacaran dulu. Kalau dia sudah mengingkari komitmen waktu pacaran, gimana komitmen nikah nanti. Amburadul."
"Mungkin tujuannya kita mengikat biar dia nggak serong" Kata ku.
"Percuma"
"Lho, kok."
"Cewek jaman sekarang di otaknya kalau nggak duit, ya mungkin tampang cakep ditambah dengan perhatian yang kelewatan. Sampai dia keblinger sama kita. Kalau ada orang yang ngasih lebih dari yang kita kasih, 100 % udah nggak sayang lagi sama kita." Selorohnya.
"Jawabanmu tendensius banget kalau masalah komitmen." Timpal ku.
"Kalau nggak berani komitmen, mending nggak usah deh. Dari pada sakit hati. Emosi cewek kan rada nggak stabil kalau lagi pacaran. Kayak rollercoaster. Alah." :D
"Mbuh.." jawabku sambil cengengesan.

Hari itu lagi nggak ada perkuliahan. Dan seperti biasa, gedung pasca sarjana jadi tempat mengobral omongan yang nggak jelas dan pastinya juga nggak penting. Daripada dongkol jauh-jauh datang trus dosen nggak ada --lagi--.

Nggak tahu dari mana kok tiba-tiba arah angin obrolan kita masalah komitmen sama pasangan. Bagi yang jomblo kayak saya (^_^) ya mboten apa-apa he..he.., toh saya belum menjalankan ritual pacaran. Prinsip saya waktu itu pacaran hanya menguras energi kita dan kantong yang sudah kita isi dengan susah payah. Belum lagi kalau sakit hati sampai menangis bombay nggak karuan. Mending nggak usah. Ntar aja. Nafkah pacarannya saya jadikan satu kalau saya menikah nanti. Enak tho.. Saya sedang menikmati menjadi spesies Jomblongianus Bahagiakensis.

Seperti biasa. Kalau masalah cinta, cowok atau cewek fasih sekali ngomonginnya. Seolah-olah presentasi thesis masalah ketidak seimbangan hormon yang menyemprotkan feromon* sampai masalah filosofi cinta yang . . . yaa Anda pasti tahu maksud saya. Itu lagi, itu lagi. Anehnya, argumen masalah cinta yang intinya cuma satu yaitu ingin disayang entah bagaimana caranya, tapi penjelasannya sangat kompleks dan menggunakan bahasa yang sangat ilmiah dan argumentatif. Mbok ya bilang aja kalau pengen di sayang. Sudah cukup.

Kontrak cinta, komitmen atau apalah namanya justru dihindari. Bahkan bagi mereka yang sudah memiliki SIM (Surat Ijin Menunggangi) sekalipun. Menurut mereka komitmen diatas kertas bisa dirubah dengan stipo atau dicoret dan diganti seenak udelnya, contohnya yaa.. selebritis maha keren kita di tanah air ini. Apalagi komitmen sebatas pacaran yang batas-batas ketegasannya juga masih sangat samar-samar.

Bahkan salah satu dosen saya pernah bilang kalau gerakan kaum feminist dan pengetahuan wanita jaman sekarang tentang hukum bisa sangat membahayakan. Mereka mudah mencuatkan gugatan yang tidak mereka senangi yang didapat dari pasangan mereka baik siksaan batin sekalipun dengan menggunakan celah hukum yang saya rasa hanya dicari-cari alasannya. Nah lho. Yang sudah kawin pun masih harus was-was sama namanya komitmen. Jangan-jangan salah sedikit bisa diperkarakan. Lucunya seks pun dijadikan alat untuk perceraian. Entah memergoki pasangannya cinta sesama jenis, penyiksaan seks diranjang, nggak dikasih ehem-ehem sama pasangannya dan sebagainya. Padahal seks bagi yang sudah menikah adalah hak, tho. Masalah gimana menjalaninya tinggal komunikasi yang enak saja. Kalau yang enak aja di meja hijaukan, gimana yang nggak enak. Walah..walah...

Belum lagi perceraian yang didasarkan atas niat menguasai kekayaan. Harta gono-gini atau apalah namanya. Saya mikir mungkin teman saya diatas ada benarnya juga. Meskipun nggak semua wanita rakus kekayaan, tapi tanpa harta, kita kaum laki-laki juga nggak ada harganya. Walaupun waktu komitmen cinta ada dialog kayak gini :

"Dek. Abang bukan orang yang punya harta lebih. Mungkin kalau untuk hidup berdua, Insya Allah Abang bisa mencukupi. Tapi nggak lebih, lho ya. Hanya cukup." Si calon suami meyakinkan.
"Bang. Asal cukup untuk hidup tanpa kemewahan, dinda sudah bersyukur." dengan senyum menggoda sampai calon suami merem melek ngelihatnya.

.... setelah satu tahun perkawinan ....
.... Ibu-ibu masa kini sudah sangat maju dan melek teknologi....

"Bang. Tuh, sih Rani minta dibeliin hape kayak temennya yang bisa jepret-jepret. Malu bang. Masa ibu-ibu temannya Rani nyindir nggak enak. Katanya punya anak kok nggak bisa ngasih kesenangan. Katanya pengen ngebahagiain anak ? Jangan dibiarin anak jadi ledekan temennya." trus lanjut "Bu Lastri yang rumahnya nggak seberapa gede aja, udah punya bang. Kemaren pas kumpul-kumpul pengajian, kerjaan ibu-ibu tuh mencetin hape mulu. Nggak ngaji-ngaji. Cuma dinda yang bengong, bang. Daripada nggak ada yang dipencet, dinda mencet bisul di kaki aja. Malu, bang."

"Lho dek. Adek kan udah janji waktu itu." suaminya mencoba mengingatkan.

... lanjutnya bisa anda pilih sendiri. Mau istrinya sabar atau malah kabur....

Yah, namanya komitmen. Bisa berubah tanpa pemberitahuan lebih lanjut. Kalau sudah stadium akut kita bisa berantem masalah komitmen. Pake alasan yang nggak jelas, lagi. Apalagi berseteru masalah harta kekayaan.

Malahan salah satu manajer tempat dulu saya bekerja di sini bilang " Kalau kita nih para laki-laki waktu mau kawin, mendingan ikutin sunnah Nabi. Selain melihat parasnya, kita juga lihat hartanya. Ya, tho."

Saya mengangguk mengiyakan. Dalam hati setuju juga. Mau hidup pake apa kalau cuma modal tampang doang. Trus, Pak.

"Dalam Islam kan harta laki-laki bagiannya satu, sedangkan wanita kan setengah. Mending kita kawin sama laki-laki aja. Kita dapat dua bagian satu dari keluarga kita, satu lagi dari pasangan laki-laki kita. Kalau dengan wanita kita cuma dapat setengah. Makmur toh.... " ujarnya.

(-_-) Zzzzz.....zzzz.....

* Feromon : Hormon alami yang di keluarkan tubuh untuk menarik perhatian lawan jenis.

2 komentar:

Sacredly Jaliouz mengatakan...

whezzzZ,,,, seru khabarNa,,,


lam Knal YaweA,,, NamAAA Aq jALIOuz,,



AKU nHak Sby...



AKU jUGha mW ProMo Blog LhoW,,,

sacredly-jaliouz.blogspot.com

BukHa YawwwW

Sacredly Jaliouz mengatakan...

thx Bwat CommENTnya dI bLOog AKhu,,,



maCegh YAW,,,,



STILL lOPh UR bLoG cZ tHE tITle...



tHT MY FaVe ThiNG iN my LiFe...