"Ibu kota lebih kejam daripada Ibu tiri". Pameo ini ternyata ada benarnya (Maaf, bukannya menakuti anda yang sudah atau akan menjadi ibu tiri :D ) kalau anda merasakan sendiri bagaimana hidup dan tinggal di Jakarta, ibu kota dengan penduduk terbesar di dunia setelah kota ini.
Turun dari kereta kasta ekonomi kami melanjutkan perjalanan menuju tempat peristirahatan sementara yang hanya berjarak beberapa meter didepan stasiun Jakarta Kota. Sempat membayangkan rasanya menikmati kaki ini diselonjorkan dan melelapkan sementara mata saya. Sebentar saja. Tapi saya terbelalak ketika memasuki penginapan kami yang kalau boleh dibilang mirip *maaf* kandang ayam.
"Nih, sapa seh yang milih tempat? Nggak punya selera blasss..." umpat saya dalam hati.
Tampak dari luar seperti garasi ruko. Bangunan tiga lantai dengan puluhan kamar sempit, pengap, lembab dan minim fasilitas hanya ada kasur,...,... ya... kasur saja. Titik. Kamar mandinya ? Jangan ditanya. Sangat tidak layak. Baik... cukup sudah, sabar Buu ! Penginapan ini sepertinya (atau mungkin sebenarnya) tempat pembuangan hormon testosteron lelaki dengan pasangannya. Saya yakin anda tahu :p
Marah !! Pasti. Tapi saya nikmati saja ke-seru-an melihat sisi lain kota Jakarta dan menahan tawa melihat gerak-gerik yang terjadi. Sumpah kaget. Tapi ya itu tadi, serunya. Melihat orang tergesa-gesa keluar masuk kamar dikejar shaywat -sahwat maksudnya- entah takut ketahuan atau memang sudah nggak nahan. Ya sudah jangan dinikmati, saya saja malas mengingatnya. Tapi untunglah pimpinan rombongan akan memindahkan kami segera hari itu juga.
"Kita akan mencari tempat yang lebih baik dari ini" ujarnya. Salut deh, Pak Pres.
Hanya sebentar kami singgah di penginapan pertama kami. Diburu waktu taping (rekaman) parodi politik acara yang ini. Benar!! Anda cerdas juga rupanya. Rombongan BEM Kampus Saya sedang memenuhi undangan menyaksikan dan sekaligus berkunjung ke studionya. Pengalaman pertama mengunjungi studio TV walaupun sudah pernah mengunjungi studio TV lainnya, kebanyakan lokal sih. Tapi ini salah satu TV nasional. Bangga juga sih.
Satu pengalaman lagi how to be broadcaster TV yang profesional. Proses pra produksi - produksi - dan pasca produksi di tambah dengan lawakan pengisi acaranya juga menyenangkan dan excited. Profesionalitas dan kerja keras yang terasah dengan baik akan menghasilkan acara yang menarik dan baik. Hal ini didukung pula dengan team yang solid. Pelajaran karir yang menjadi referensi dikemudian hari.
...
Syuting dah kelar. Saatnya kembali ke penginapan.
Oh ya.. bukannya tadi kita dah mau pindah, ya. Wajah kami sumringah membayangkan penginapan seperti apa yang akan kami tempati kedua kalinya. Harapan kami nggak muluk-muluk. Minimal standart hotel bintang tiga atau motel bintang tujuh. Ngaco !
Perjalanan ke penginapan tahap dua tidak terlalu jauh dari Stasiun Jakarta Kota dan berdekatan dengan Hotel Mercure. Sayang kita hanya melewati hotel itu he..3!! dyaaan... sampailah kita di penginapan ki... sebentar. Kok namanya wisma lagi. Wisma Perdana. Mata saya menjelajahi bangunan empat lantai yang juga menjadi markas partai ini. Lumayan.
"Di dalem kayak apaan nih ?" Pikir saya. Rencana cadangan sudah saya siapkan kalau hasilnya tetep seperti penginapan sebelumnya. Marah-marah kalau perlu. Ternyata benar. Lumayan lebih baik dari sebelumnya. Tapi ya... itu tadi. Fungsi wismanya tetap sama. Layanan kamar untuk "keluar" dalam waktu singkat. Saya bertahan satu malam untuk tidur dan melanjutkan perjalanan pribadi ke rumah nenek. Perjalanan pribadi ini untuk menebus ketidakhadiran saya waktu lebaran kemarin. Pengen ketemu keponakan juga, seh.
Turun dari kereta kasta ekonomi kami melanjutkan perjalanan menuju tempat peristirahatan sementara yang hanya berjarak beberapa meter didepan stasiun Jakarta Kota. Sempat membayangkan rasanya menikmati kaki ini diselonjorkan dan melelapkan sementara mata saya. Sebentar saja. Tapi saya terbelalak ketika memasuki penginapan kami yang kalau boleh dibilang mirip *maaf* kandang ayam.
"Nih, sapa seh yang milih tempat? Nggak punya selera blasss..." umpat saya dalam hati.
Tampak dari luar seperti garasi ruko. Bangunan tiga lantai dengan puluhan kamar sempit, pengap, lembab dan minim fasilitas hanya ada kasur,...,... ya... kasur saja. Titik. Kamar mandinya ? Jangan ditanya. Sangat tidak layak. Baik... cukup sudah, sabar Buu ! Penginapan ini sepertinya (atau mungkin sebenarnya) tempat pembuangan hormon testosteron lelaki dengan pasangannya. Saya yakin anda tahu :p
Marah !! Pasti. Tapi saya nikmati saja ke-seru-an melihat sisi lain kota Jakarta dan menahan tawa melihat gerak-gerik yang terjadi. Sumpah kaget. Tapi ya itu tadi, serunya. Melihat orang tergesa-gesa keluar masuk kamar dikejar shaywat -sahwat maksudnya- entah takut ketahuan atau memang sudah nggak nahan. Ya sudah jangan dinikmati, saya saja malas mengingatnya. Tapi untunglah pimpinan rombongan akan memindahkan kami segera hari itu juga.
"Kita akan mencari tempat yang lebih baik dari ini" ujarnya. Salut deh, Pak Pres.
Hanya sebentar kami singgah di penginapan pertama kami. Diburu waktu taping (rekaman) parodi politik acara yang ini. Benar!! Anda cerdas juga rupanya. Rombongan BEM Kampus Saya sedang memenuhi undangan menyaksikan dan sekaligus berkunjung ke studionya. Pengalaman pertama mengunjungi studio TV walaupun sudah pernah mengunjungi studio TV lainnya, kebanyakan lokal sih. Tapi ini salah satu TV nasional. Bangga juga sih.
Satu pengalaman lagi how to be broadcaster TV yang profesional. Proses pra produksi - produksi - dan pasca produksi di tambah dengan lawakan pengisi acaranya juga menyenangkan dan excited. Profesionalitas dan kerja keras yang terasah dengan baik akan menghasilkan acara yang menarik dan baik. Hal ini didukung pula dengan team yang solid. Pelajaran karir yang menjadi referensi dikemudian hari.
...
Syuting dah kelar. Saatnya kembali ke penginapan.
Oh ya.. bukannya tadi kita dah mau pindah, ya. Wajah kami sumringah membayangkan penginapan seperti apa yang akan kami tempati kedua kalinya. Harapan kami nggak muluk-muluk. Minimal standart hotel bintang tiga atau motel bintang tujuh. Ngaco !
Perjalanan ke penginapan tahap dua tidak terlalu jauh dari Stasiun Jakarta Kota dan berdekatan dengan Hotel Mercure. Sayang kita hanya melewati hotel itu he..3!! dyaaan... sampailah kita di penginapan ki... sebentar. Kok namanya wisma lagi. Wisma Perdana. Mata saya menjelajahi bangunan empat lantai yang juga menjadi markas partai ini. Lumayan.
"Di dalem kayak apaan nih ?" Pikir saya. Rencana cadangan sudah saya siapkan kalau hasilnya tetep seperti penginapan sebelumnya. Marah-marah kalau perlu. Ternyata benar. Lumayan lebih baik dari sebelumnya. Tapi ya... itu tadi. Fungsi wismanya tetap sama. Layanan kamar untuk "keluar" dalam waktu singkat. Saya bertahan satu malam untuk tidur dan melanjutkan perjalanan pribadi ke rumah nenek. Perjalanan pribadi ini untuk menebus ketidakhadiran saya waktu lebaran kemarin. Pengen ketemu keponakan juga, seh.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar