Even without wings she can't fly, but she makes me fly into her arms.
Tuhan menciptakan wanita dengan kekuatan.
Lengannya kokoh untuk menopang tanggung jawab yang diembannya. Tetapi lembut untuk sandaran buah hatinya.
Bahunya kekar untuk memikul penderitaan hidup. Tetapi lembut untuk bergelayut manja.
Tuhan memang tidak pernah ingkar janji.
Setiap manusia diberi malaikat untuk melindunginya, memanjanya, memeluknya, membuatnya membuka mata dunia.
Setiap manusia diberi malaikat untuk menjaganya diwaktu malam, disadarkannya ketika menyimpang, dibelainya ketika dirundung masalah, setia disampingnya ketika suasana hati meracau.
Tuhan, Terima Kasih. Kini aku mengenal malaikat itu sebagai..... Ibu
Happy Mother's Day Mom, Love U Much -Hug-
taste the sweetest things of life
22 Desember 2008
17 Desember 2008
Help.... broken heart attack !!!
Duluu.. sekali, saya pernah memimpikan akan menemukan orang yang tepat dan mencoba menjalin hubungan khusus dengan sebaik-baiknya. Waktu itu saya hanya tertawa dan mencoba menghibur walaupun nggak tahu rasanya patah hati atau penyakit cinta lainnya. Sungguh. Mungkin karena waktu itu saya cuma melihat teman saya menjadi korbannya. Jadinya sedih bo'ongan biar dibilang setia kawan gityu.
Yah... nasiib. Kok ya karmanya baru saya rasakan sekarang. Saya menaruh harapan besar pada orang yang saya cintai. Sampai semalaman nggak bisa tidur mikirin nih orang. Saya harus mengorbankan waktu berharga saya untuk istirahat cuma ingin menemani dia nonton midnight. Sudah dua kali ini kita midnight bareng. Romantis, seru dan eghm.... Yah, begitulah pokoknya. Mungkin ini yang dibilang saya sedang menderita syndrome jatuh cinta akut.
Tapi bukannya kalau jatuh cinta itu mengasyikkan. Dan...ya, memang. Saya bersyukur saya sempat merasakan namanya benar-benar jatuh cinta. Saya bisa menerima dia apa adanya, tanpa mengurangi atau melebihkan. Sedikitpun tidak. Dan saya percaya kalau orang sedang jatuh cinta itu terlihat lebih muda, lebih segar dan berwajah cerah. Hormon Endorphin* yang dikeluarkan oleh tubuh sebagai penangkal stres akan membuat hati kita selalu merasa senang, gembira dan selalu tersenyum. Nah, disini fungsi hormon tersebut bekerja. Gimana nggak awet muda, coba. Orang lagi jatuh cinta kan, kerjanya cuma nyengar-nyengir kesenengan.
Kembali lagi, saya bersyukur. Namun, semua kesenangan hati ini tidak berjalan sesuai rencana dalam mimpi bahagia saya. Saya sudah mencoba untuk bersabar dan mengerti keadaan dia sesungguhnya. Saya bahkan meminta jutaan kali maaf dalam bentuk SMS atau telepon padanya kalau saya berbuat salah dan menyakiti hatinya. Aneh juga kalau di ingat-ingat. Bahkan alasan dia juga sangat tidak masuk akal. Hanya karena dia tidak nyaman dengan teman-teman saya.
Hubungan yang baru di susun dua minggu ini jadi berantakan seketika. Gedubrak !!! Gila... Oalah jeng jeng, gini toh rasanya patah hati dan di tinggal kekasih *alah* he..he.. (tangis terisak) --tunggu saya seka dulu air mata saya, nggak apa-apa toh saya menangis---
...
Sudah. Maaf menunggu.
Hampir dua minggu juga saya susah melupakan dia dan semua kenangan yang sudah saya alami dengan dia. Bahkan sampai sekarang. Maklum, saya kan orangnya setia kalau suka sama orang he..he.. (terisak lagi). Cukup.
Saya mencoba mengalihkan pikiran saya dengan banyak kegiatan kampus. Bahkan saya berani menerima proyek membuat iklan kampus saya dan terlibat dalam kepanitian Expo Fakultas. Apa saja saya lakukan. Tetap nggak bisa, kayaknya saya nggak terima di perlakukan seperti ini. Oke, saya coba lagi. Bahkan kegiatan yang nggak penting pun saya lakukan hanya untuk mempersempit celah otak saya untuk mengingat dia. Dengerin radio dan request lagu-lagu bergenre broken heart club lalu jalan-jalan, kumpul bareng konco-konco lawas dan... lumayan juga, perlahan sedikit demi sedikit perasaan saya mulai luntur padanya.
Semalam saya menonton The Punisher yang keadaannya hampir sama seperti suasana hati saya. Ditinggal orang yang dicintai karena dibunuh dan mencoba untuk balas dendam. Sama seperti saya juga, tidak mau diganggu, murung, nggak bergairah dan serasa kehilangan asa *alah*.
"Jangan pernah kenangan indah menyiksamu. Lepaskan dan buatlah kenangan baru" Salah satu dialognya dengan seorang wanita yang menyukai si "korban" patah hati ini.
Saya pikir, benar juga. Untuk apa membuang-buang waktu hanya untuk memikirkan hal yang sudah berakhir. Terlalu sia-sia. Saya melihat banyak potensi dalam diri saya masih harus digali dan diraih. Jadi bagi Anda yang mengalami hal ini, cobalah untuk bersyukur. Bersyukur akan membuat Anda merasa lebih baik. Anda adalah orang hebat dan potensial untuk merubah dunia. Jangan pernah melihat diri Anda sebagai orang yang paling sengsara di bumi. Bersyukurlah dengan melihat sekeliling Anda. Bukankah masih banyak yang jauh lebih sengsara daripada Anda. Cobalah lihat.
Memang ini paradoks. Tapi paradoks yang bagus. Kenyataan memang sudah terjadi dan tidak akan hilang walau terasa pahit. Tapi ibarat minum obat, meskipun kita pahit menelannya tapi hasilnya akan membuat Anda sembuh. Dan kesembuhan ini akan membuat diri Anda menjadi pribadi yang penuh semangat dan antusias menatap masa depan *hayiah gaya mu, pak..pak*
:D Eh...tapi bener, kan. Buktinya saya bisa dan ini sangat manjur. Coba aja.
PS : Agung, coba deh. Good luck ya.
Yah... nasiib. Kok ya karmanya baru saya rasakan sekarang. Saya menaruh harapan besar pada orang yang saya cintai. Sampai semalaman nggak bisa tidur mikirin nih orang. Saya harus mengorbankan waktu berharga saya untuk istirahat cuma ingin menemani dia nonton midnight. Sudah dua kali ini kita midnight bareng. Romantis, seru dan eghm.... Yah, begitulah pokoknya. Mungkin ini yang dibilang saya sedang menderita syndrome jatuh cinta akut.
Tapi bukannya kalau jatuh cinta itu mengasyikkan. Dan...ya, memang. Saya bersyukur saya sempat merasakan namanya benar-benar jatuh cinta. Saya bisa menerima dia apa adanya, tanpa mengurangi atau melebihkan. Sedikitpun tidak. Dan saya percaya kalau orang sedang jatuh cinta itu terlihat lebih muda, lebih segar dan berwajah cerah. Hormon Endorphin* yang dikeluarkan oleh tubuh sebagai penangkal stres akan membuat hati kita selalu merasa senang, gembira dan selalu tersenyum. Nah, disini fungsi hormon tersebut bekerja. Gimana nggak awet muda, coba. Orang lagi jatuh cinta kan, kerjanya cuma nyengar-nyengir kesenengan.
Kembali lagi, saya bersyukur. Namun, semua kesenangan hati ini tidak berjalan sesuai rencana dalam mimpi bahagia saya. Saya sudah mencoba untuk bersabar dan mengerti keadaan dia sesungguhnya. Saya bahkan meminta jutaan kali maaf dalam bentuk SMS atau telepon padanya kalau saya berbuat salah dan menyakiti hatinya. Aneh juga kalau di ingat-ingat. Bahkan alasan dia juga sangat tidak masuk akal. Hanya karena dia tidak nyaman dengan teman-teman saya.
Hubungan yang baru di susun dua minggu ini jadi berantakan seketika. Gedubrak !!! Gila... Oalah jeng jeng, gini toh rasanya patah hati dan di tinggal kekasih *alah* he..he.. (tangis terisak) --tunggu saya seka dulu air mata saya, nggak apa-apa toh saya menangis---
...
Sudah. Maaf menunggu.
Hampir dua minggu juga saya susah melupakan dia dan semua kenangan yang sudah saya alami dengan dia. Bahkan sampai sekarang. Maklum, saya kan orangnya setia kalau suka sama orang he..he.. (terisak lagi). Cukup.
Saya mencoba mengalihkan pikiran saya dengan banyak kegiatan kampus. Bahkan saya berani menerima proyek membuat iklan kampus saya dan terlibat dalam kepanitian Expo Fakultas. Apa saja saya lakukan. Tetap nggak bisa, kayaknya saya nggak terima di perlakukan seperti ini. Oke, saya coba lagi. Bahkan kegiatan yang nggak penting pun saya lakukan hanya untuk mempersempit celah otak saya untuk mengingat dia. Dengerin radio dan request lagu-lagu bergenre broken heart club lalu jalan-jalan, kumpul bareng konco-konco lawas dan... lumayan juga, perlahan sedikit demi sedikit perasaan saya mulai luntur padanya.
Semalam saya menonton The Punisher yang keadaannya hampir sama seperti suasana hati saya. Ditinggal orang yang dicintai karena dibunuh dan mencoba untuk balas dendam. Sama seperti saya juga, tidak mau diganggu, murung, nggak bergairah dan serasa kehilangan asa *alah*.
"Jangan pernah kenangan indah menyiksamu. Lepaskan dan buatlah kenangan baru" Salah satu dialognya dengan seorang wanita yang menyukai si "korban" patah hati ini.
Saya pikir, benar juga. Untuk apa membuang-buang waktu hanya untuk memikirkan hal yang sudah berakhir. Terlalu sia-sia. Saya melihat banyak potensi dalam diri saya masih harus digali dan diraih. Jadi bagi Anda yang mengalami hal ini, cobalah untuk bersyukur. Bersyukur akan membuat Anda merasa lebih baik. Anda adalah orang hebat dan potensial untuk merubah dunia. Jangan pernah melihat diri Anda sebagai orang yang paling sengsara di bumi. Bersyukurlah dengan melihat sekeliling Anda. Bukankah masih banyak yang jauh lebih sengsara daripada Anda. Cobalah lihat.
Memang ini paradoks. Tapi paradoks yang bagus. Kenyataan memang sudah terjadi dan tidak akan hilang walau terasa pahit. Tapi ibarat minum obat, meskipun kita pahit menelannya tapi hasilnya akan membuat Anda sembuh. Dan kesembuhan ini akan membuat diri Anda menjadi pribadi yang penuh semangat dan antusias menatap masa depan *hayiah gaya mu, pak..pak*
:D Eh...tapi bener, kan. Buktinya saya bisa dan ini sangat manjur. Coba aja.
PS : Agung, coba deh. Good luck ya.
02 Desember 2008
Tentang Thriller yang namanya Komitmen
"Kita memang belum ada komitmen. Untuk apa? Kita masih penjajakan alias pacaran dulu. Kalau dia sudah mengingkari komitmen waktu pacaran, gimana komitmen nikah nanti. Amburadul."
"Mungkin tujuannya kita mengikat biar dia nggak serong" Kata ku.
"Percuma"
"Lho, kok."
"Cewek jaman sekarang di otaknya kalau nggak duit, ya mungkin tampang cakep ditambah dengan perhatian yang kelewatan. Sampai dia keblinger sama kita. Kalau ada orang yang ngasih lebih dari yang kita kasih, 100 % udah nggak sayang lagi sama kita." Selorohnya.
"Jawabanmu tendensius banget kalau masalah komitmen." Timpal ku.
"Kalau nggak berani komitmen, mending nggak usah deh. Dari pada sakit hati. Emosi cewek kan rada nggak stabil kalau lagi pacaran. Kayak rollercoaster. Alah." :D
"Mbuh.." jawabku sambil cengengesan.
Hari itu lagi nggak ada perkuliahan. Dan seperti biasa, gedung pasca sarjana jadi tempat mengobral omongan yang nggak jelas dan pastinya juga nggak penting. Daripada dongkol jauh-jauh datang trus dosen nggak ada --lagi--.
Nggak tahu dari mana kok tiba-tiba arah angin obrolan kita masalah komitmen sama pasangan. Bagi yang jomblo kayak saya (^_^) ya mboten apa-apa he..he.., toh saya belum menjalankan ritual pacaran. Prinsip saya waktu itu pacaran hanya menguras energi kita dan kantong yang sudah kita isi dengan susah payah. Belum lagi kalau sakit hati sampai menangis bombay nggak karuan. Mending nggak usah. Ntar aja. Nafkah pacarannya saya jadikan satu kalau saya menikah nanti. Enak tho.. Saya sedang menikmati menjadi spesies Jomblongianus Bahagiakensis.
Seperti biasa. Kalau masalah cinta, cowok atau cewek fasih sekali ngomonginnya. Seolah-olah presentasi thesis masalah ketidak seimbangan hormon yang menyemprotkan feromon* sampai masalah filosofi cinta yang . . . yaa Anda pasti tahu maksud saya. Itu lagi, itu lagi. Anehnya, argumen masalah cinta yang intinya cuma satu yaitu ingin disayang entah bagaimana caranya, tapi penjelasannya sangat kompleks dan menggunakan bahasa yang sangat ilmiah dan argumentatif. Mbok ya bilang aja kalau pengen di sayang. Sudah cukup.
Kontrak cinta, komitmen atau apalah namanya justru dihindari. Bahkan bagi mereka yang sudah memiliki SIM (Surat Ijin Menunggangi) sekalipun. Menurut mereka komitmen diatas kertas bisa dirubah dengan stipo atau dicoret dan diganti seenak udelnya, contohnya yaa.. selebritis maha keren kita di tanah air ini. Apalagi komitmen sebatas pacaran yang batas-batas ketegasannya juga masih sangat samar-samar.
Bahkan salah satu dosen saya pernah bilang kalau gerakan kaum feminist dan pengetahuan wanita jaman sekarang tentang hukum bisa sangat membahayakan. Mereka mudah mencuatkan gugatan yang tidak mereka senangi yang didapat dari pasangan mereka baik siksaan batin sekalipun dengan menggunakan celah hukum yang saya rasa hanya dicari-cari alasannya. Nah lho. Yang sudah kawin pun masih harus was-was sama namanya komitmen. Jangan-jangan salah sedikit bisa diperkarakan. Lucunya seks pun dijadikan alat untuk perceraian. Entah memergoki pasangannya cinta sesama jenis, penyiksaan seks diranjang, nggak dikasih ehem-ehem sama pasangannya dan sebagainya. Padahal seks bagi yang sudah menikah adalah hak, tho. Masalah gimana menjalaninya tinggal komunikasi yang enak saja. Kalau yang enak aja di meja hijaukan, gimana yang nggak enak. Walah..walah...
Belum lagi perceraian yang didasarkan atas niat menguasai kekayaan. Harta gono-gini atau apalah namanya. Saya mikir mungkin teman saya diatas ada benarnya juga. Meskipun nggak semua wanita rakus kekayaan, tapi tanpa harta, kita kaum laki-laki juga nggak ada harganya. Walaupun waktu komitmen cinta ada dialog kayak gini :
"Dek. Abang bukan orang yang punya harta lebih. Mungkin kalau untuk hidup berdua, Insya Allah Abang bisa mencukupi. Tapi nggak lebih, lho ya. Hanya cukup." Si calon suami meyakinkan.
"Bang. Asal cukup untuk hidup tanpa kemewahan, dinda sudah bersyukur." dengan senyum menggoda sampai calon suami merem melek ngelihatnya.
.... setelah satu tahun perkawinan ....
.... Ibu-ibu masa kini sudah sangat maju dan melek teknologi....
"Bang. Tuh, sih Rani minta dibeliin hape kayak temennya yang bisa jepret-jepret. Malu bang. Masa ibu-ibu temannya Rani nyindir nggak enak. Katanya punya anak kok nggak bisa ngasih kesenangan. Katanya pengen ngebahagiain anak ? Jangan dibiarin anak jadi ledekan temennya." trus lanjut "Bu Lastri yang rumahnya nggak seberapa gede aja, udah punya bang. Kemaren pas kumpul-kumpul pengajian, kerjaan ibu-ibu tuh mencetin hape mulu. Nggak ngaji-ngaji. Cuma dinda yang bengong, bang. Daripada nggak ada yang dipencet, dinda mencet bisul di kaki aja. Malu, bang."
"Lho dek. Adek kan udah janji waktu itu." suaminya mencoba mengingatkan.
... lanjutnya bisa anda pilih sendiri. Mau istrinya sabar atau malah kabur....
Yah, namanya komitmen. Bisa berubah tanpa pemberitahuan lebih lanjut. Kalau sudah stadium akut kita bisa berantem masalah komitmen. Pake alasan yang nggak jelas, lagi. Apalagi berseteru masalah harta kekayaan.
Malahan salah satu manajer tempat dulu saya bekerja di sini bilang " Kalau kita nih para laki-laki waktu mau kawin, mendingan ikutin sunnah Nabi. Selain melihat parasnya, kita juga lihat hartanya. Ya, tho."
Saya mengangguk mengiyakan. Dalam hati setuju juga. Mau hidup pake apa kalau cuma modal tampang doang. Trus, Pak.
"Dalam Islam kan harta laki-laki bagiannya satu, sedangkan wanita kan setengah. Mending kita kawin sama laki-laki aja. Kita dapat dua bagian satu dari keluarga kita, satu lagi dari pasangan laki-laki kita. Kalau dengan wanita kita cuma dapat setengah. Makmur toh.... " ujarnya.
(-_-) Zzzzz.....zzzz.....
* Feromon : Hormon alami yang di keluarkan tubuh untuk menarik perhatian lawan jenis.
"Mungkin tujuannya kita mengikat biar dia nggak serong" Kata ku.
"Percuma"
"Lho, kok."
"Cewek jaman sekarang di otaknya kalau nggak duit, ya mungkin tampang cakep ditambah dengan perhatian yang kelewatan. Sampai dia keblinger sama kita. Kalau ada orang yang ngasih lebih dari yang kita kasih, 100 % udah nggak sayang lagi sama kita." Selorohnya.
"Jawabanmu tendensius banget kalau masalah komitmen." Timpal ku.
"Kalau nggak berani komitmen, mending nggak usah deh. Dari pada sakit hati. Emosi cewek kan rada nggak stabil kalau lagi pacaran. Kayak rollercoaster. Alah." :D
"Mbuh.." jawabku sambil cengengesan.
Hari itu lagi nggak ada perkuliahan. Dan seperti biasa, gedung pasca sarjana jadi tempat mengobral omongan yang nggak jelas dan pastinya juga nggak penting. Daripada dongkol jauh-jauh datang trus dosen nggak ada --lagi--.
Nggak tahu dari mana kok tiba-tiba arah angin obrolan kita masalah komitmen sama pasangan. Bagi yang jomblo kayak saya (^_^) ya mboten apa-apa he..he.., toh saya belum menjalankan ritual pacaran. Prinsip saya waktu itu pacaran hanya menguras energi kita dan kantong yang sudah kita isi dengan susah payah. Belum lagi kalau sakit hati sampai menangis bombay nggak karuan. Mending nggak usah. Ntar aja. Nafkah pacarannya saya jadikan satu kalau saya menikah nanti. Enak tho.. Saya sedang menikmati menjadi spesies Jomblongianus Bahagiakensis.
Seperti biasa. Kalau masalah cinta, cowok atau cewek fasih sekali ngomonginnya. Seolah-olah presentasi thesis masalah ketidak seimbangan hormon yang menyemprotkan feromon* sampai masalah filosofi cinta yang . . . yaa Anda pasti tahu maksud saya. Itu lagi, itu lagi. Anehnya, argumen masalah cinta yang intinya cuma satu yaitu ingin disayang entah bagaimana caranya, tapi penjelasannya sangat kompleks dan menggunakan bahasa yang sangat ilmiah dan argumentatif. Mbok ya bilang aja kalau pengen di sayang. Sudah cukup.
Kontrak cinta, komitmen atau apalah namanya justru dihindari. Bahkan bagi mereka yang sudah memiliki SIM (Surat Ijin Menunggangi) sekalipun. Menurut mereka komitmen diatas kertas bisa dirubah dengan stipo atau dicoret dan diganti seenak udelnya, contohnya yaa.. selebritis maha keren kita di tanah air ini. Apalagi komitmen sebatas pacaran yang batas-batas ketegasannya juga masih sangat samar-samar.
Bahkan salah satu dosen saya pernah bilang kalau gerakan kaum feminist dan pengetahuan wanita jaman sekarang tentang hukum bisa sangat membahayakan. Mereka mudah mencuatkan gugatan yang tidak mereka senangi yang didapat dari pasangan mereka baik siksaan batin sekalipun dengan menggunakan celah hukum yang saya rasa hanya dicari-cari alasannya. Nah lho. Yang sudah kawin pun masih harus was-was sama namanya komitmen. Jangan-jangan salah sedikit bisa diperkarakan. Lucunya seks pun dijadikan alat untuk perceraian. Entah memergoki pasangannya cinta sesama jenis, penyiksaan seks diranjang, nggak dikasih ehem-ehem sama pasangannya dan sebagainya. Padahal seks bagi yang sudah menikah adalah hak, tho. Masalah gimana menjalaninya tinggal komunikasi yang enak saja. Kalau yang enak aja di meja hijaukan, gimana yang nggak enak. Walah..walah...
Belum lagi perceraian yang didasarkan atas niat menguasai kekayaan. Harta gono-gini atau apalah namanya. Saya mikir mungkin teman saya diatas ada benarnya juga. Meskipun nggak semua wanita rakus kekayaan, tapi tanpa harta, kita kaum laki-laki juga nggak ada harganya. Walaupun waktu komitmen cinta ada dialog kayak gini :
"Dek. Abang bukan orang yang punya harta lebih. Mungkin kalau untuk hidup berdua, Insya Allah Abang bisa mencukupi. Tapi nggak lebih, lho ya. Hanya cukup." Si calon suami meyakinkan.
"Bang. Asal cukup untuk hidup tanpa kemewahan, dinda sudah bersyukur." dengan senyum menggoda sampai calon suami merem melek ngelihatnya.
.... setelah satu tahun perkawinan ....
.... Ibu-ibu masa kini sudah sangat maju dan melek teknologi....
"Bang. Tuh, sih Rani minta dibeliin hape kayak temennya yang bisa jepret-jepret. Malu bang. Masa ibu-ibu temannya Rani nyindir nggak enak. Katanya punya anak kok nggak bisa ngasih kesenangan. Katanya pengen ngebahagiain anak ? Jangan dibiarin anak jadi ledekan temennya." trus lanjut "Bu Lastri yang rumahnya nggak seberapa gede aja, udah punya bang. Kemaren pas kumpul-kumpul pengajian, kerjaan ibu-ibu tuh mencetin hape mulu. Nggak ngaji-ngaji. Cuma dinda yang bengong, bang. Daripada nggak ada yang dipencet, dinda mencet bisul di kaki aja. Malu, bang."
"Lho dek. Adek kan udah janji waktu itu." suaminya mencoba mengingatkan.
... lanjutnya bisa anda pilih sendiri. Mau istrinya sabar atau malah kabur....
Yah, namanya komitmen. Bisa berubah tanpa pemberitahuan lebih lanjut. Kalau sudah stadium akut kita bisa berantem masalah komitmen. Pake alasan yang nggak jelas, lagi. Apalagi berseteru masalah harta kekayaan.
Malahan salah satu manajer tempat dulu saya bekerja di sini bilang " Kalau kita nih para laki-laki waktu mau kawin, mendingan ikutin sunnah Nabi. Selain melihat parasnya, kita juga lihat hartanya. Ya, tho."
Saya mengangguk mengiyakan. Dalam hati setuju juga. Mau hidup pake apa kalau cuma modal tampang doang. Trus, Pak.
"Dalam Islam kan harta laki-laki bagiannya satu, sedangkan wanita kan setengah. Mending kita kawin sama laki-laki aja. Kita dapat dua bagian satu dari keluarga kita, satu lagi dari pasangan laki-laki kita. Kalau dengan wanita kita cuma dapat setengah. Makmur toh.... " ujarnya.
(-_-) Zzzzz.....zzzz.....
* Feromon : Hormon alami yang di keluarkan tubuh untuk menarik perhatian lawan jenis.
Langganan:
Komentar (Atom)

