taste the sweetest things of life

12 November 2008

When Hero goes to Zero

Seluruhnya... Siaaap grak !!
--- drep --- drep --- drep ---

Upacara Hari Pahlawan seolah menjadi ritual tahunan yang fardhu a'in dilaksanakan setiap tahun. Tujuan mulianya memang untuk mengenang jasa para pahlawan dan mengingatkan kembali kepada generasi yang baru saja mencicipi bangku sekolahan kalau dulu mbah buyut kita ngadain hajatan perang lawan Belande biar merdeka. Lepas dari penindasan yang tidak ber pri kemanusiaan dan pri keadilan *tsah*

Bukannya sombong juga kalau dulu tidak salah ingat, saya selalu ditunjuk menjadi salah satu pendukung upacara. Entah itu pembaca atau juga menjadi pengibar bendera. Iya... saya ingat sekarang. Bangga juga waktu itu menjadi pusat perhatian banyak orang. Mungkin dari sini bibit narsis saya mulai berkembang dan terarah *alah he..he..*

November ini saya teringat kembali. Ketawa ketiwi nggak karuan kalau ingat semuanya dan... ada perasaan nyeleneh tersirat seketika. Rasanya bodoh juga menjalankan ritual semacam itu (upacara, pen) kalau tujuannya hanya untuk mengenang. Seolah hanya sebagai pelengkap kalender tahunan yang sakral dan wajib di patuhi. Nggak bisa nggak. Rasanya kok ya nggak ada gunanya. Toh hal ini juga tidak merubah pandangan sebagian besar anak bangsa yang masih ngendon di negeri ini. Pahlawan dulu dan pahlawan sekarang mereka maknai berbeda. Kalau dulu murni perjuangan dan kalau pahlawan sekarang juga murni perjuangan. Tapi berjuang untuk diri sendiri dan kepentingan kelompok tertentu.

Malahan kandidat calon pemimpin sekarang juga jauh dari sifat kepahlawanan. November tahun ini terasa istimewa. Bapak ini menjadi sejarah baru negeri adidaya kesohor di utara sana. Pandangan politiknya benar-benar menyihir pemilih memberi suara perubahan untuk negeri mereka. Sepatutnya kita belajar dari mereka. Dan anehnya ini bukan yang ke sekian kalinya kita harus belajar lagi. Tapi belajar kepemimpinan yang satu ini patut di cermati serius.

Banyak kalangan menilai kalau dinegeri kita ini para pemimpinnya belum sepenuhnya memiliki kepemimpinan yang serius. Tengok saja pada setiap pemilihan kepala daerah selalu saja ada pihak yang merasa kecewa karena hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapannya. Ujung-ujungnya sudah bisa ditebak. Mereka mencari-cari alasan pembenaran dan upaya anarkis yang memusingkan dan membuat malu diri mereka sendiri.

Kepemimpinan negeri ini seolah hanya perebutan kekuasaan tanpa dibarengi dengan hasil kerja riil yang tampak faedahnya dimasyarakat. Saya jadi ingat dengan omongan bapak ini. Hati-hati dengan pemimpin yang membayar kepemimpinannya karena dia akan mengambil lebih banyak dari hasil dia memimpin kelak. Segala sesuatu yang akan dikerjakan memang tergantung dari niatnya. Jika niatnya menjadi pemimpin hanya untuk mengejar kekuasaan belaka kelak ketika dia kalah dalam pemilihan maka yang terjadi adalah kekecewaan yang sangat menyakitkan, ngambek nggak karuan dan nggak jarang ada yang stres berat memikirkan bagaimana mengembalikan dana kampanye yang jumlahnya bisa beli cotton bud dua gunung.

Dan memang kita masih harus banyak belajar. Sikap ksatria ditujukan oleh rival Barack Obama, Mbah John McCain ketika dirinya dinyatakan kalah dan dengan besar hati menerima kekalahannya. Hebatnya beliau menyerukan kepada pendukungnya untuk mendukung pemerintahan Obama. Sebuah sikap ksatria yang patut ditiru pejabat negeri ini. Seorang ksatria bukanlah orang yang membunuh lawannya, tetapi ksatria adalah orang yang mampu menjadikan lawannya sebagai kawan.

Nampaknya kita memang belum menemukan Pahlawan sejati berdiri tegak didepan mata kita. Lalu untuk apa kita harus merayakannya Hari Pahlawan setiap tahunnya. Ini cuma guyonan kecil saya menikmati rasa malas ikut merayakan Hari Pahlawan hari Senin (10/11) kemarin. Mendingan gulung-gulung nggak karuan sambil mulet trus. . . . tidur.


08 November 2008

Siksaan seru Ibu Kota

"Ibu kota lebih kejam daripada Ibu tiri". Pameo ini ternyata ada benarnya (Maaf, bukannya menakuti anda yang sudah atau akan menjadi ibu tiri :D ) kalau anda merasakan sendiri bagaimana hidup dan tinggal di Jakarta, ibu kota dengan penduduk terbesar di dunia setelah kota ini.

Turun dari kereta kasta ekonomi kami melanjutkan perjalanan menuju tempat peristirahatan sementara yang hanya berjarak beberapa meter didepan stasiun Jakarta Kota. Sempat membayangkan rasanya menikmati kaki ini diselonjorkan dan melelapkan sementara mata saya. Sebentar saja. Tapi saya terbelalak ketika memasuki penginapan kami yang kalau boleh dibilang mirip *maaf* kandang ayam.

"Nih, sapa seh yang milih tempat? Nggak punya selera blasss..." umpat saya dalam hati.
Tampak dari luar seperti garasi ruko. Bangunan tiga lantai dengan puluhan kamar sempit, pengap, lembab dan minim fasilitas hanya ada kasur,...,... ya... kasur saja. Titik. Kamar mandinya ? Jangan ditanya. Sangat tidak layak. Baik... cukup sudah, sabar Buu ! Penginapan ini sepertinya (atau mungkin sebenarnya) tempat pembuangan hormon testosteron lelaki dengan pasangannya. Saya yakin anda tahu :p

Marah !! Pasti. Tapi saya nikmati saja ke-seru-an melihat sisi lain kota Jakarta dan menahan tawa melihat gerak-gerik yang terjadi. Sumpah kaget. Tapi ya itu tadi, serunya. Melihat orang tergesa-gesa keluar masuk kamar dikejar shaywat -sahwat maksudnya- entah takut ketahuan atau memang sudah nggak nahan. Ya sudah jangan dinikmati, saya saja malas mengingatnya. Tapi untunglah pimpinan rombongan akan memindahkan kami segera hari itu juga.

"Kita akan mencari tempat yang lebih baik dari ini" ujarnya. Salut deh, Pak Pres.

Hanya sebentar kami singgah di penginapan pertama kami. Diburu waktu taping (rekaman) parodi politik acara yang ini. Benar!! Anda cerdas juga rupanya. Rombongan BEM Kampus Saya sedang memenuhi undangan menyaksikan dan sekaligus berkunjung ke studionya. Pengalaman pertama mengunjungi studio TV walaupun sudah pernah mengunjungi studio TV lainnya, kebanyakan lokal sih. Tapi ini salah satu TV nasional. Bangga juga sih.


Satu pengalaman lagi how to be broadcaster TV yang profesional. Proses pra produksi - produksi - dan pasca produksi di tambah dengan lawakan pengisi acaranya juga menyenangkan dan excited. Profesionalitas dan kerja keras yang terasah dengan baik akan menghasilkan acara yang menarik dan baik. Hal ini didukung pula dengan team yang solid. Pelajaran karir yang menjadi referensi dikemudian hari.

...

Syuting dah kelar. Saatnya kembali ke penginapan.
Oh ya.. bukannya tadi kita dah mau pindah, ya. Wajah kami sumringah membayangkan penginapan seperti apa yang akan kami tempati kedua kalinya. Harapan kami nggak muluk-muluk. Minimal standart hotel bintang tiga atau motel bintang tujuh. Ngaco !

Perjalanan ke penginapan tahap dua tidak terlalu jauh dari Stasiun Jakarta Kota dan berdekatan dengan Hotel Mercure. Sayang kita hanya melewati hotel itu he..3!! dyaaan... sampailah kita di penginapan ki... sebentar. Kok namanya wisma lagi. Wisma Perdana. Mata saya menjelajahi bangunan empat lantai yang juga menjadi markas partai ini. Lumayan.

"Di dalem kayak apaan nih ?" Pikir saya. Rencana cadangan sudah saya siapkan kalau hasilnya tetep seperti penginapan sebelumnya. Marah-marah kalau perlu. Ternyata benar. Lumayan lebih baik dari sebelumnya. Tapi ya... itu tadi. Fungsi wismanya tetap sama. Layanan kamar untuk "keluar" dalam waktu singkat. Saya bertahan satu malam untuk tidur dan melanjutkan perjalanan pribadi ke rumah nenek. Perjalanan pribadi ini untuk menebus ketidakhadiran saya waktu lebaran kemarin. Pengen ketemu keponakan juga, seh.


03 November 2008

Eureka !! Masih hidup ternyata...

Entah apa yang harus saya lakukan sekarang.

Mungkin mau ngadain syukuran, selamatan atau apalah namanya untuk sekedar merayakan sedikit kesenangan rohani. *alah

Pegimana kagak seneng nih ati, bang. Hampir dua minggu ini aye nyoba ngutak-ngatik binatang yang namanya blog ini biar bisa di garai, eh... lha kok malah nggak bisa. Selalu berhenti di penulisan alamat imel dan password yang hampir menguras energi jari-jari manis saya ini. Mungkin ada yang salah atau malah saya ketinggalan informasi dari penyedia layanannya, yach. Entahlah.

Ya sudah, toh sudah bisa lagi. whuff.... akhirnya masih hidup juga.